Jumat, 02 Desember 2011


Sumpah Pemuda 2009. Sebuah perbedaan, sebuah persatuan

Peringatan Sumpah Pemuda ke 81 sudah kita lewati . Mulai dari yang semangat hingga yang apatis, gue melihat itu walaupun hanya dari dunia online. gue dan teman-teman lainnya berusaha mengumpulkan orang-orang untuk berpartisipasi dalam Sumpah Pemuda Online lewat twitter, facebook dan media lainnya utnuk mempersatukan kita kembali lewat dunia online. Dan gue sangat kagum melihat begitu banyak cara orang untuk merayakan hari kelahiran identitas bangsa kita yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.

Hasil apa yang kita tuai dari peringatan itu ? apakah itu hanya sekedar seremoni yang bersifat bertahan satu hari yang menjadi euforia sesaat atau akan kita teruskan. Bagaimana kita menyikapi perbedaan kita dengan menyadari persatuan kita ?

Gue adalah seorang peranakan keturunan yang menyadari perbedaan gue namun tetap mencintai negara gue, tidak ada maksud tertentu dalam gerakan Sumpah Pemuda 2009 ini, namun gw ingin merasakan satu persamaan, sebagai bangsa Indonesia, paling tidak di pandang sama sebagai individu Indonesia.

Coba lihat ke sekitar kita dan coba sadari betapa banyak diskriminasi karena perbedaan yang kita rasakan ataupun yang kita ciptakan. Mungkin bukan cuma gue saja yang merasakannya, baik itu yang berasal dari orang luar atau berasal dari lingkungan di sekitar gue sendiri yang mendiskriminasi pihak lainnya, dan gue yakin banyak dari teman-teman yang juga merasakan itu.

Coba kita lihat ke dalam diri kita sendiri, seberapa sering kita meng-universalkan sifat maupun karakter berdasarkan suku, ras, etnis dan bahkan yang lebih parah lagi, agama ? Dan kita tidak melihat itu sebagai sebuah bentuk perbedaan yang patut kita hargai namun sebaliknya kita menganggap itu adalah cela. Dan yang lebih parah lagi, kita cenderung menciptakan tembok untuk menghindari hal-hal seperti itu yang akhirnya malah menjerumuskan kita ke jurang perbedaan yang semakin dalam. Gue gak perlu jawab, tapi gue yakin kita sadar akan hal-hal itu.

Bisakah kita melihat perbedaan itu tanpa cela? bisakah kita menghargai perbedaan itu dengn tulus? bisakah kita menghargai perbedaan itu seperti kita menghargai selera masing-masing orang ketika makan ?

Ini memang sulit karena kita berusaha merubah paradigma dasar pemikiran kita yang sudah tertanam sejak lama, dimana secara tidak sadar diskriminasi itu sering terucap oleh mulut kita. Perbedaan itu adalah persamaan yang di miliki bangsa Indonesia dan seluruh bangsa di dunia.

Tapi sebuah langkah kecil dengan di mulai dari sendiri adalah suatu permulaan yang baik yang. Perlahan dan menularkannya ke sekitar kita. Jadikan virus dan sebarkan ke seluruh penjuru negara. Dan akhirnya kita akan hidup tanpa batasan perbedaan.

silahkan caci maki gue, silahkan komentari gue dan gue ucapkan terimakasih bagi yang setuju dengan tulisan gue, yang jelas gue akan terus membawa misi ini ke lingkungan dan orang-orang di sekitar gue.

Gue Galang, Gue Cina dan Gue Orang Indonesia

Semoga mulai hari ini Identitas perbedaan menjadi cara kita untuk menghargai arti persatuan

Salam

Senin, 28 November 2011


KEMULIAAN HATI SEORANG GADIS CHINA !
Seorang warga China bernama Feng Nao yang menunjukkan perbuatan seorang gadis yang berhati mulia. Kisah ini bukanlah rekayasa, tetapi benar-benar terjadi: Ketika dengan tiba-tiba hujan lebat turun, seorang lelaki tua yang berprofesi sebagai peminta-minta dan tidak berdaya karena kelumpuhan; bergelut di dalam hujan lebat untuk menyelamatkan diri. Pada saat bersamaan, seorang gadis cantik yang membawa payung bergegas berlari menerobos hujan lebat untuk memberi pertolongan dan perlindungan bagi lekai tua itu. Walaupun sebenarnya payung itu tidak cukup untuk melindungi mereka berdua, namun gadis ini lebih peduli dengan orang lain; padahal lelaki tua itu tidak dikenalnya sama sekali. Ia tetap berada di sisinya; sekali pun dirinya berbasah kuyup.

Seorang lelaki terlihat berdiri dan hanya memperhatikan (di dalam bulatan) namun tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri.

Walaupun payung yang digunakan tidak mampu menutupi secara keseluruhan tubuh lelaki tua dari kebasahan, gadis ini tetap setia terus melindunginya.

Terlihat bahwa hujan lebat yang turun secara tiba-tiba menyebabkan pengemis tua yang lumpuh kakinya bergerak menyeret tubuhnya perlahan-lahan dengan kereta kayu yang kecil. Melihatkan keadaan ini, seorang gadis berbaju merah jambu sambil memegang payung di tangannya  bergegas  menerobos lebatnya hujan untuk melindungi lelaki tua ini.

Tetapi tidak berdaya, payung itu benar-benar tidak terlalu cukup besar untuk melindungi lelaki tua itu dari hujan lebat. Di dalam gambar terlihat bahwa payung di tangan gadis itu benar-benar melindungi pengemis, padahal pakaiannya sendiri basah karena air hujan. Ya, itulah pengorbanan, menolong orang lain memang tidak boleh setengah-setengah. [Janet Ong / Singapore / Tionghoanews]